photo credit: jfhanniganphoto |
satu-satu kaki ini menapak jarak
menembus malam yang temani sendiri
memecah genangan yang dipijak
menyisakan percikan gelap di alas kaki
ada suara puluhan orang bertepuk tangan
menyambut datangnya kamu dari sudut kegelapan
ada malu-malu di senyum yang bisa terlihat samar-samar
sebatas pandanganku yang ada di kejauhan
setelan kemeja abu-abu melengkapimu
kamu raih gagang cello yang kutahu kesayanganmu
kamu mulai memainkan senarnya satu per satu
ini yang kutahu momen terindahmu bersama anganmu
beberapa kali kamu memejamkan mata
dan nampak menahan napas sejenak
di nada-nada yang memanggil kosongnya suasana
tak ada suara, bahkan bisikan yang sibuk untuk beranjak
di satu sudut gelap, kutatapi kamu
lama dan tanpa ingin kamu sadari
sebuah kedatangan orang asing yang sering kamu tatapi
yang sering kamu sapa matanya, tanpa dipanggil namanya
bukankah buatmu cukup untuk hanya menyapa melalui tatapan?
bahkan mungkin bisa jadi kamu ketuk hati dan rasanya
tanpa sekali pun kamu sebut nama pemilik sepasang mata ini
dan satu hati yang diam-diam diberi harapan
dan kini sekali lagi kutahu matamu kembali mencari mata ini
menangkapnya dengan perlahan dan tanpa usaha
memintanya untuk terus ada
hingga ragamu berani untuk menyapa
(Resty Amalia)
Satu sudut kedai kopi di Jakarta, 25 April 2017
Get inspired by a no-need-to-mention friend and one fine afternoon in a busy coffee shop
No comments:
Post a Comment