Sebuah kesempatan yang menarik buat saya kali ini karena bisa menjadi salah satu blogger yang mendapat undangan untuk menghadiri press release and screening dari film "Di Balik 98" yang diproduksi oleh MNC Pictures. Saya langsung memberikan perhatian yang lebih ketika mengetahui bahwa film ini disutradai oleh Lukman Sardi, yang merupakan salah satu aktor favorit saya.
Sutradara Film "Di Balik 98", Lukman Sardi.
7 Januari 2015, para pewarta berita dari berbagai media cetak, elektronik, dan juga online berkumpul di Djakarta Theatre, Thamrin, Jakarta untuk menyaksikan pemutaran film sekaligus bertemu para pemain dan juga kru film tersebut. Film panjang pertama Lukman Sardi ini menghadirkan Chelsea Islan sebagai Diana, Boy William sebagai Daniel, Doni Alamsyah sebagai Bagus, Ririn Ekawati sebagai Salma, Fauzi Baadilla sebagai Rahman, Alya Rohali sebagai Mbak Dayu, dan yang sangat mencuri perhatian kami di sana pada saat itu adalah kehadiran Agus Kuncoro sebagai B.J.Habibie, Panji Pragiwaksono sebagai Susilo Bambang Yudhoyono, dan Dr. Amoroso Katamsi yang sudah tiga kalinya memerankan Soeharto. Ada juga beberapa pemain yang langsung menyita perhatian kami semua di sana adalah para pemeran Mbak Tutut, Gus Dur, Wiranto, Prabowo, Amien Rais, Harmoko, dan Sutiyoso. Semua yang hadir di sana begitu merasa terhibur ketika para pemeran pendukung ini muncul di layar dan memerankan tokoh-tokoh penting negeri kita. Tapi Lukman menekankan bawa Panji dan pemain-pemain tersebut dipilih bukan hanya untuk lucu-lucuan, melainkan karena mereka memang aktor dan aktris yang hebat yang didapatkannya melaui casting.
Fauzi Baadilla berbepan sebagai tentara.
Donny Alamsyah, bersama dengan Fauzi Baadilla berperan menjadi tentara.
Donny
Alamsyah, bersama dengan Fauzi Baadilla berperan menjadi tentara. - See
more at:
http://www.restyamalia.com/2015/01/di-balik-98-sebuah-karya-baru-dari.html#sthash.VK9v9bEl.dpuf
Donny
Alamsyah, bersama dengan Fauzi Baadilla berperan menjadi tentara. - See
more at:
http://www.restyamalia.com/2015/01/di-balik-98-sebuah-karya-baru-dari.html#sthash.VK9v9bEl.dpMungkin banyak orang yang merespon terlalu berlebihan atau berekspektasi terlalu berat terhadap film ini. Tak heran jika banyak orang yang langsung protes (sebelum menonton) atau sekedar membatin “Wah, berani banget Lukman Sardi bikin film beginian” ketika tahu jika film ini berlatar belakang tragedi 98. Seperti yang Lukman Sardi ceritakan setelah penayangan film tersebut jika film ini memang berlatar belakang tragedi 98, tetapi fokusnya bukan tragedi tersebut, melainkan mengisahkan perjuangan keluarga dan pengorbanan cinta melewati sebuah tantangan hidup pada jaman tersebut. Jadi setelah saya menonton film tersebut, saya pun berpikir bahwa film ini jauh dari kontroversi yang diperkirakan.
Banyak para pewarta berita yang menanyakan perihal tingkat kebenaran cerita tragedi 98 yang ditayangkan di film tersebut. Tapi, Lukman Sardi dan timnya menegaskan kembali bahwa sebuah film adalah interpretasi seorang sutradara. Di film ini, Lukman tidak memfokuskan pada detail apa yang terjadi pada tragedi tersebut, melainkan lebih mengisahkan percintaan dan hubungan keluarga. Semuanya di luar konteks politik. Tetapi, untuk memperkuat jalannya cerita, Lukman dan timnya melakukan banyak riset melalui buku-buku sejarah yang ditulis oleh penulis terpercaya dan beberapa kali wawancara dengan beberapa orang.
Mengapa diberi judul “Di Balik 98”? Lukman bilang bahwa ini kisah di balik 98 menurut versi para pemain-pemainnya. Banyak keluarga atau pasangan yang mungkin juga memiliki nasib dan melakukan perjuangan seperti tokoh-tokoh dalam film ini. Saya pun jadi ingat kejadian tahun 98 yang terjadi ketika saya masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Saya pun merasakan kegelisahan dan ketakutan pada saat itu. Almarhum mama saya yang berkulit putih, bermata sipit, dan sangat mirip etnis Tionghoa pun menjadikan keluarga kami was-was pada saat itu. Alhasil, kami terus meminta mama untuk diam saja di rumah. Karena ketika mama ke luar rumah, ada sekumpulan massa yang meneriakinya dan mengancam akan menyakitinya. Jadi, gambaran kejadian 98 cukup tergambar di pikiran saya dan saya cukup bisa melihatnya dalam film tersebut.
Sedikit bocoran tentang cerita film ini yaa…. Jadi, film ini mengisahkan perjuangan Diana dan Daniel sebagai mahasiswa pada saat itu. Mereka berdua aktif mengikuti organisasi dan melakukan demonstrasi. Terutama demonstrasi untuk mendesak presiden Indonesia pada saat itu untuk mundur dari jabatannya. Di balik perjuangan untuk menyalurkan aspirasi mereka, Daniel yang berdarah Tionghoa berjuang menemukan keluarganya yang diserang massa pada saat itu dan pergi entah ke mana. Diana rela menentang larangan keluarganya untuk melakukan demonstrasi dan meninggalkan rumahnya. Bagaimana nasib Daniel selanjutnya? Akankah dia menemukan keluarganya? Bagaimana hubungan Diana dengan keluarganya? Dan yang paling dinantikan adalah jalan percintaan Diana dan Daniel. Akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia?
Sedikit clue untuk kalian. Akan ada kejutan di akhir cerita. Berkaitan dengan hubungan Diana dan Daniel. Saya pun tak menyangka dengan endingnya. Ketika sampai di akhir cerita, kami semua yang menyaksikan film tersebut pun sontak riuh. Sepertinya yang lainnya merasakan hal yang sama dengan saya. Tak menyangka endingnya akan begitu.
Penasaran? Nantikan film ini di bioskop kesayangan kamu segera di bulan Januari. Saya si menikmati film ini. Saya tak mau mencari kekurangan terhadap sebuah karya seni. Jika dicari kekurangannya, pastilah ada. Begitu pun dengan karya yang lain. Saya menghargai semua karya seni dengan menikmatinya. Saya pun setuju dengan perkataan Lukman Sardi pada acara tersebut bahwa film ini tentang cinta yang memiliki nilai. Semoga pesan tersebut sampai kepada penikmat film tanah air. Saya pun mengamininya.
Boy William berperan sebagai mahasiswa yang ikut memperjuangkan aspirasi rakyat.
Ririn Ekawati berperan sebagai pegawai istana, kakak Diana.
Alya Rohali berperan sebagai seorang pagawai istana.
Pemeran dan kru film "Di Balik 98", sebuah film produksi MNC Pictures.
17 comments:
Penasaran banget sih dan menurutku lumayan menarik kalau tidak melihat sisi politiknya saja karena 98 sebenernya lebih mengingatkan kepada penderitaan orang yg nggak bersalah daripada ngurusin politik yg nggak jelasnya. nice review, mbak! :)
Suka banget sama chelsea island nya dan emang pengen juga nih nonton ini,,
jadi penasaran, bsk ajak istri nonton...
Keren sekali, ripiunyaa. Cepet pulak :) sukses Mbak, kapan2 kalo ada presscon lagi ikuut lagi yuuk, gak kapok kan? hahaha.
Putri: Makasih, Putri. Iya, di film ini justru memperlihatkan lebih kepada hal-hal yang berhubungan dengan keluarga dan percintaan. Jauh dari konteks politik menurutku :)
Tian Lustiana: Ayo nonton... nonton kalo udah ada di bioskop :)
Jogja Ready: Ayo nonton :)
Mbak Helda. hihihi... Makasih mbaa.... Ayuk lah. Kalau aku si suka suka aja mbaa.... Biasa melanglang buana juga kok aku. hehehe.... See you, mbak....
Dari sejarahnya bikin penasaran. tensi kerusuhan yang cukup berbekas bagi negara kita yah, mbak. tadi di infotemen juga diberitakan sekilas mengenai film ini.
Richo. Iyaa.... Cuma kerusuhannya cm background dr ceritanya aja sebenernya. Fokus film ini si lbh ke drama keluarga sm percintaannya.... :-)
penasaran banget..liat iklannya aja udah keren bingitz,,,apalagi katanya mbak resty endingnya gak disangka2,,,duh jadi tambah penasaran
penasaran banget..liat iklannya aja udah keren bingitz,,,apalagi katanya mbak resty endingnya gak disangka2,,,duh jadi tambah penasaran
Hadeeh, jadi tambah pengen nonton film ini gan!!Tapi belum sempet. What a great info anyway ^^
Sama2. Ayolah nonton.... :-)
Sukaaa banget sama acting Chelsea dan Donny Alamsyah :D
Menurutku ini film bagus, mengangkat sudut pandang lain selain politik
Iyaa, Mba Ani.... Chelsea dan Donny Alamsyah dapet bgt actingnya :) Aku ngefans sama Lukman Sardinya. hehehe.... *teteup Hihihi.....
Post a Comment