Teman-temanku sering memanggilku burung jagoan karena memang ukuran tubuhku memiliki ukuran yang lebih besar dibanding yang lainnya. Keberanianku juga melebihi yang lain yang ada di sekitarku. Untuk yang satu ini, semua sudah membuktikannya.
Di hutan kecil ini, kami semua dibesarkan. Dari telur-telur yang menetas setelah dierami, kemudian kami besar di sangkar-sangkar rajutan induk-induk kami yang tak pernah kelelahan mencari dan menyuapi kami makan setiap harinya. Di hutan ini, tinggal puluhan jenis burung dengan berbagai macam asal. Aku menetas dan besar disini. Mungkin para manusia akan memanggilku burung kenari asli hutan ini. Dan bukan hanya para manusia yang memanggilku seperti itu, kawan-kawan sejeniskupun memanggilku begitu. Ya, aku burung kenari kecil nan riang, ceria, gesit, dan tak pernah lelah mengepakkan sayapku kesana kemari. Paling kecil di antara jenis lain tapi cukup besar untuk jenisku.
Hari ini adalah hari yang special karena matahari membumbung tinggi dan cerah di atas pandanganku. Aku pun dengan leher yang tegak berusaha menjenjangkan tubuh dan kaki-kaki kecilku. Melangkah selebar yang ku bisa. Berjalan dengan semangatnya sembari terus bersiul menyapa yang lain. Dan begitulah memang aku menjalani hari-hariku setiap hari. Beberapa hari ini, aku berkumpul dengan jenis burung yang lebih besar dan lebih tua dariku. Aku mengikuti mereka demi mendapat makanan yang lebih banyak dan lebih enak. Sering kali aku juga membawa banyak makanan enak untuk keluargaku di sangkar kecil kami. Dan aku bahagia dengan cara berbagi kebahagiaan dengan keluargaku. Selain itu, aku juga ingin mencapai puncak satu pohon di hutan ini yang tak pernah dapat dijangkau olehku dan teman-temanku. Pesona puncak pohon itu begitu menyilaukan mata. Aku ingin ke atas sana dan melihat keadaan di atas sana.Burung-burung besar itu bilang bahwa mereka pun sulit mencapai atas sana dulu. Mereka bisa mencapainya ketika mereka sudah cukup usia dan memiliki kaki serta sayap yang lebih kuat dari sebelumnya.
Beberapa dari mereka menceritakan itu semua padaku. Tidak semuanya karena memang tidak semuanya bisa ke atas sana. Banyak dari mereka juga membual pernah terbang ke atas sana. Tak tahu akan kebenarannya. Tapi, yang jelas aku cukup tahu jika banyak dari mereka juga terpikat untuk bisa kesana, ke puncak nirwana. Begitu aku menyebutnya. Ketika beberapa hari aku bersama mereka, banyak dari mereka yang tidak menganggapku. Pandangan-pandangan mata yang berbicara banyak juga cukup menyampaikan pesan kurang baik padaku. Pandangan yang hanya menganggapku makhluk kecil, lemah, tak berdaya, dan sangat minim pengalaman akan petualangan hidup di rimba yang liar. Warna buluku yang kuning cerak juga makin mengantarkanku ke sosok burung yang lemah dan kurang berdaya. Tapi, kakek burung besar selalu menerima keberadaanku. Begitulah aku selau memanggilnya. Dia selalu berkata padaku bahwa aku boleh bersama mereka dan dia berjanji padaku akan mengajari serta membimbingku untuk dapat terbang ke puncak nirwana.
Setiap pagi buta, aku selalu berlatih diam-diam. Menaiki setiap dahan-dahan kecil maupun batang-batang besar nan kokoh. Sayap-sayap kecilku juga terus ku kepakkan tapi masih saja belum berhasil. Puncak nirwana benar-benar tinggi bagiku. Sampai suatu hari, kakek burung besar mengetahui tingkahku dan hanya tersenyum sambil memandangiku. Beberapa kali terjatuh tak pernah meruntuhkan inginku. Asa itu akan selalu membara.
Aku yakin, setiap jiwa punya asa. Tidak ada yang bisa melarangnya. Setiap kepala pasti punya mimpi. Dan itulah mimpiku. Aku memang burung kecil yang masih tertatih untuk terbang dan berlari. Tapi, aku tak akan berhenti mencoba, belajar, dan berlatih. Walaupun banyak yang kurang menganggapku karena aku kecil dan tampak lemah, tapi di dalam diriku tumbuh jiwa yang penuh semangat. Di kepalaku bersemayam mimpi-mimpi yang terus ku rajut dan ku usahakan untuk terwujud. Biarlah mereka menganggapku kecil. Tapi, biarlah yang muda dan kecil ini belajar, dan aku yakin aku akan jadi juaranya kelak. Aku tak pernah tahu seperti apa rasanya di atas sana. Belum ku harap. Tapi, aku ingin terbang dengan ketinggian yang lebih dan angin yang bertiup dengan lebih kencang di atas sana.
Dengan medan yang lebih menantang, pastilah kemampuanku akan lebih terasah. Di atas sana, pandanganku juga akan lebih luas. Memandang banyak hal baru yang belum pernah ku lihat sebelumnya sepertinya menarik. Dan mimpi-mimpi itu takkan pernah padam. Paling tidak sampai dengan detik ini aku bernafas, terbang, dan berusaha.
No comments:
Post a Comment