Kamu… Yang selalu membuatku takut untuk membuatmu sedih maupun kecewa. Kamu memang bukan papa terbaik di dunia, tapi kamu mampu memberikan segala yang terbaik darimu untukku. Kamu adalah yang memperkenalkan indahnya memandang langit dan alam dengan bersepeda untuk pertama kalinya. Kamu yang mengajariku bernyanyi dan bermain memainkan alat musik. Kamu yang selalu memberikan segala yang aku butuhkan sampai benda-benda kecil yang sudah kusukai dari kecil, buku, alat tulis dan kaset. Kamu yang pertama kali memperkenalkan musik Jazz padaku dan membuatku tergila-gila akannya. Kamu yang selalu menemaniku menangis di depan pusara mama. Kamu adalah teman diskusiku yang baik dan menenangkan. Kamu yang selalu berkata padaku bahwa akulah berlianmu, selalu membuatku takut akan kehilanganmu. Segalanya pasti tak bisa dibalas begitu saja. Untuk semuanya, terima kasih.
Kamu… Yang tak pernah sekalipun merasa bosan atau jengah mendengar celotehan-celotehanku. Tak pernah lupa untuk merangkul, menepuk bahuku, dan berkata, ‘SEMANGAT!’, ‘MOVE ON’, ‘SHINE ON’, TERSENYUMLAH!’, ‘KAMU CANTIK, MON’, ‘AHYEE’, ‘LUV U’, ‘AYO BERITUAL CHOCO TOP’, ‘AYO NGESKRIM’, ‘AYO KAROKEAN’, atau ‘AYO NGE-JAZZ’. Selalu merasa teraliri energi positif ketika mendengar kata-kata itu. Terima kasih. Kamu… Selalu berbagi senyum denganku maupun berbagi kesedihan denganku. Mampu tertawa terbahak-bahak bersama, juga mampu menangis bersama. Terima kasih.
Kamu… Yang dibesarkan bersamaku, melalui masa kecil yang indah bersama denganku mampu membuatku selalu terhibur dengan banyak tindakan dan ucapan yang kamu ciptakan. Kamu bukanlah penasihat yang baik, tapi kamu adalah salah satu pendengar yang baik. Kamu yang tak pernah nampak mampu menanggapi serius cerita-ceritaku, aku tahu itulah caramu untuk memahami dan menyayangiku. Aku tahu sebenarnya kamu selalu mendengarkanku dan selalu ada buatku. Masa kecil sampai sekarang sudah tak lagi mampu lagi kuhitung, dan selama itu kamu mampu bersamaku. Menyaksikan sesosokku yang dahulu manja tumbuh berkembang menjadi lebih dewasa, mandiri, dan kuat karena sebuah rasa kehilangan yang besar. Kamu dan aku yang sudah saling memahami betul kelebihan dan kekurangan masing-masing. Janji kita, aku akan jadi panitia di pesta pernikahanmu dan kamu yang jadi juru foto di pesta pernikahanku kelak. Sumpah kita, suami dan anak-anak kita juga akan jadi sahabat. Untuk banyak waktu yang tak lagi mampu dihitung, terima kasih. Dan untuk membantuku dalam sebuah proyek penuh mimpi, proyek persahabatan, terima kasih.
Kamu… Yang sudah tahu sisi dalam maupun luarku. Saudara dari aku dilahirkan… habis kata-kata untuk itu semua. Kamu selalu ada…selalu ada…dan selalu ada….. selalu memastikan aku baik-baik saja. Selalu memberi doa dan semangat. Selalu mengajariku untuk saling mengasihi dan menolong. Terima kasih.
Kamu… Yang mampu berbagi waktu untuk berbagi pengalaman, nasihat-nasihat berharga selalu membuat diriku merasa istimewa. Kita sering duduk dan merenung bersama. Sambil menerawang, kita membicarakan mimpi-mimpi kita. Tentang keluarga, masa depan, rumah impian, mimpi-mimpi, dan banyak harapan-harapan mulia lainnya. Harapan untuk jadi bintang bagi semua yang ada di sekitar. Mebahagiakan dan berguna bagi yang ada di sekitar kita. Terima kasih.
Kamu… Yang mampu berbagi banyak waktu untuk mendengarkan musik bersama dan meledek ketika ada yang sedang bersedih. Itu bukanlah sebuah tindakan jahat, itu seperti cambukan sebagai kekuatan untuk membuat satu sama lain bangkit. Supaya tak ada dahi berkerut, wajah murung, dan pipi basah lagi. Terima kasih.
Kamu… Yang mampu membuatku menangis terharu karena pesan-pesan, tulisan-tulisan, atau teriakan-teriakan menyemangatiku darimu. Sering kali hal-hal itu yang membuat sesuatu yang membendung di kelopak mataku menjadi tumpah. Terima kasih. Kamu… Yang tak selalu datang ketika aku berbahagia, tapi kamu mampu datang di saat aku sedang tak berbahagia. Dan itulah yang disebut dengan ketulusan dan keikhlasan. Terima kasih.
Kamu… Yang sering berdiskusi denganku tentang keTuhanan dan jalan hidup. Berbagi kisah hidup baik dan buruk. Selalu belajar untuk ikhlas, memaafkan, berluas hati, bersahabat dengan setan hati, dan memahami bersama bahwa Tuhan selalu punya sesuatu yang lebih baik yang kita butuhkan ketika Tuhan tak mengizinkan kita untuk merasakan dan memiliki sesuatu yang kita inginkan saat ini. Pada akhirnya, kita belajar untuk memetik hikmah dan saling menguatkan. Terima kasih.
Kamu… Yang punya mimpi mulia untuk membuat sebuah sekolah taman kanak-kanak, selalu membuatku tertegun betapa kita punya banyak mimpi yang sama, tentang sebuah pengabdian untuk keluarga dan pendidikan, tentang kecintaan pada anak-anak, dan tentang sebuah mimpi besar untuk jadi seorang penulis. Suatu hari, semoga kita dapat saling bercerita dan berkirim buku hasil tulisan kita. Kita bertemu bukan karena sebuah kebetulan. Untuk semua yang terlalui bersama, terima kasih.
Kamu… Yang untuk pertama kalinya mencetuskan sebuah panggilan ‘Momon’ untukku, sering memberiku banyak nasihat berharga dan menguatkan. Kamu adalah salah satu orang yang sering memapahku dan menggandengku ketika aku butuh untuk dipapah dan digandeng. Merengkuh pundaku ketika aku butuh untuk direngkuh. Sering kali pada akhirnya aku belajar untuk bangkit sendiri dan akhirnya aku lebih kuat. Kamu yang sering membuat lelucon-lelucon konyol ketika aku membutuhkan untuk mengendurkan urat-urat kepalaku yang sedang tegang. Kamu yang sering berburu momen untuk diabadikan dalam sebuah foto denganku dan bernyanyi bersama denganku di motor, terima kasih.
Kamu… Yang sering tak nampak ada di sampingku, tapi sebenarnya selalu ada buatku. Kadang sesuatu yang tak nampak setiap saat jauh lebih berharga dari sekedar kata-kata berbasa basi yang sering datang, kata seorang sahabat. For looking me from a distance, terima kasih.
Kamu… Yang selalu jadi sahabatku sejak pertama kali aku belajar di bangku kuliah. Sudah teruji kesetiakawanan, keikhlasan, dan ketulusannya. Selalu datang di saat susah dan senang. Terkadang goresan-goresan kecil yang ada mampu menjadikan hati kita lebih dekat. Sama-sama selalu menyemangati dan berlari bersama. Selalu membelaku ketika aku merasa terpojokkan. Kamu selalu punya pedang yang tajam untuk menjaga dirimu dan membelaku. Kamulah yang ada di barisan depannya. Untuk persahabatan kita sampai mati, terima kasih.
Kamu… Yang pernah menggenggam tanganku, merengkuh, dan memelukku di sebuah ritual lilin selalu membuatku merasa aku punya teman dengan kisah hidup serupa. Dengan kemandirian dan kekuatanmu, membuatku selalu terpacu untuk bisa jadi seperti itu. Kamu yang selalu berkata bahwa pelangi akan selalu datang setelah hujan reda, selalu mengundangku untuk jadi orang yang mampu lebih terbuka. Terkadang karena kesamaan-kesamaan kisah hidup kita, aku peka terhadap apa yang sedang terjadi padamu. Untuk doa, kekuatan, dan support yang luar biasa, terima kasih.
Aku sekarang belajar untuk tidak menjadi egois, berdoa agar aku selalu bahagia. Aku berdoa jika dengan cara membahagiakanmu aku dapat bahagia, buatlah aku mampu membuatmu bahagia. Dan kekuatan saling mengasihi dan menolong dalam bersaudaraan ini telah membuatku bahagia.
‘… I believe that God loves me. Gives me bad days and good days. I also believe that everything happens for reasons. Just let the destiny leads us till the end. What I have to do is make the others happy and make me happier by thinking positively and smiling. Let’s fight! Because the happiness is waiting for us somewhere over the rainbow…’
Terima kasih, Tuhan telah memberiku banyak berkah dalam hidup.
Kamu, kekuatanku, adalah malaikatNya yang dikirimkan untuk membuat warna dalam hidupku dan membuatku bahagia. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment