Baru ku sadari jika kata itu tak seringan ketika diucapkan. Sekarang aku tersadar jika itu sangat membutuhkan perjuangan untuk dilakukan. Sama dengan saat ini dimana aku harus menunggunya di bandara. Dimana dia sudah berjanji padaku akan datang untuk mengantarkanku. Dan membiarkanku terbang ke sebuah kota yang letaknya jauh darinya. Membiarkanku tak lagi dekat dengannya. Membiarkanku sepenuhnya lepas darinya. Dan juga dari hatinya. Aku belum mengerti apakah rasa itu akan sepenuhnya terlepas dan terhempas begitu saja dari hatiku. Akan ku tunggu kedatangan atas kepastian semua itu. Lagi-lagi aku harus menunggu. Lagi pula keputusan untuk lepas darinya adalah keputusan yang ku buat sendiri.
Dia, yang menjanjikan padaku akan ada untukku, selalu membuat hatiku berdiskusi dengan logikaku. Menimbang segala resiko yang akan dihadapi setelah itu. Apakah aku dapat baik-baik saja atau akan dihadiahi rasa galau yang memuncak luar biasanya. Aku harus menunggu untuk mengetahui itu semua….
Menunggu beberapa bulan, Aku mendapati begitu sesak hati ini. Kini, aku menunggu dia akan datang padaku lagi. Tetapi, lagi-lagi hati ini terus berdiskusi dengan logika. Apakah yang ku lepas begitu saja akan datang kembali dengan mudahnya kepadaku? Apakah menunggu akan menghadiahiku sebuah kebahagiaan? Apakah penantian akan berujung pada akhir yang ku harapkan?
Menunggu beberapa bulan lagi, Di saat aku makin merasakan rasa sayang yang begitu besar setelah aku melepaskannya, datanglah sebuah kabar bahwa dia akan segera menikah dengan seorang teman wanitanya. Kini, menunggu menjadi tamparan besar bagiku. Bukan lagi menakutkan. Apakah masih ada gunanya jika sekarang aku mengatakan isi hatiku dan keinginan terbesarku? Sepertinya tidak. Telah lama aku bertahan demi cinta wujudkan sebuah harapan. Namun, ku rasa semua itu cukup dengan menunggu. Dan, kini aku tersadar cinta yang ku tunggu tak kunjung datang. Apalah arti aku menunggu bila dia tak cinta lagi? Semua rasa telah hilang.
Menunggu setahun kemudian, Kini aku menunggu dan aku tak lagi bersedih melihatnya datang ke rumahku dengan wanita di sampingnya. Lama aku bertahan pada rasa yang dulu ada. Kini, menunggu serasa tak berarti lagi. Kini, aku bisa tersenyum melihatnya bahagia dengan kehidupannya sekarang. Menunggu menjadi lebih berarti. Merubah segala pemikiran lama yang meracuni hati dan pikiran. Tak mau lagi menanti cinta yang semu. Aku menunggu kebahagiaan yang pantas jadi milikku. Dan aku percaya dia akan datang padaku di saat yang tepat.
(Terinspirasi dari ‘Apalah Arti Menunggu’ oleh Raisa dan pengalaman seorang sahabat)
No comments:
Post a Comment