Akhirnya aku berhasil menerjang gerimis malam itu tanpa badan basah. Tapi, usahaku untuk melindungi tubuhku dari dingin tampak sia-sia karena udara malam itu memang sangatlah dingin. Jaket tebalku tak berdaya menghindarkanku pada hembusan dingin yang tercipta dari AC ruangan itu. Lampu yang remang-remang cenderung gelap itu makin membuat udara makin mencekat. Dingin….
Para penyanyi di tempat itu serasa berhutang menghangatkanku dengan mencipta irama dan melodi yang mampu membuatku lupa akan dingin itu. Segalanya tiba-tiba kuanggap hangat. Segala yang tercipta mampu membuatku menggoyangkan tubuhku, menganggukkan kepalaku, dan menjentikkan jemari-jemariku. Hanya jawaban tunggal yang mampu tercipta sekarang. Karena aku sangat menikmatinya. Itulah duniaku. Atmosphere yang tercipta sangatlah serasi dengan isi hati dan gelombang tubuh yang tercipta. Kehadiran para sahabat pun melengkapi kenikmatan itu sekarang.
Dalam gelap ku pandangi segala penjuru. Pemandangan orang yang mulai bergegas memasuki ruangan membuatku mengamati satu persatu orang yang memasuki ruangan itu. Tak ada yang kucari disitu. Hanyalah kecintaanku pada keramaian yang mengundangku.
Dia bukanlah seorang yang asing bagiku. Tak memerlukan daya dan usaha yang besar untuk mengenalinya, apalagi mengingatnya. Bagai mengingat seorang sahabat lama, yang dekat di hati. Selalu…. Cukup kubuka sedikit pintu ruanganku dan cukup mengintipnya. Saja. Aku sudah mampu menemukannya, mengenalinya, mendeteksi kehadirannya.
Hanya seperti ada bayangan yang mampu membuatku menoleh. Entah itu apa. Dan tanpa ada suatu alasan apapun, kulihat sebuah bayangan yang itu kutahu adalah milikmu. Aku hanya mampu memanggil nama indahmu cepat dan seketika. Hanya ada jawaban dari panggilanku seketika dan cepat pada saat itu juga. Kau mendengar panggilanku. Dalam kerumunan itu. Mengenali suaraku yang aku tahu sedikit atau sangat sulit kau kenali saat itu. Seharusnya. Karena orang-orang di sekitarmu nampak sedang berebut berceloteh dengan urusannya sendiri. Kali ini kau tahu aku ada….
Akan ada nostalgia pada perasaan itu untuk beberapa saat setelah kejadian itu. Yang kutahu itu pernah ku rasakan dulu. Entah kapan itu karena memang sudah lama. Makhluk penggugah hati yang pernah duduk menemani di senja itu. Menanti datang dan perginya senja. Hingga kami mengakhiri segala kebiasaan itu. Sudah cukup untuk sekarang. Bukankah kita sudah hidup di sudut dunia kita masing-masing? Lengkap dengan segala isi rahasianya? Dalam gelap segalanya kembali. Dalam gelap kumelihatmu. Dan dalam gelap kau mendengarku. Dalam gelap semuanya akan datang dan berlalu tanpa permisi. Dalam gelap….
No comments:
Post a Comment