Mereka menyebutnya sebuah ritual. Mereka berdua tak pernah harus mengikuti suatu perkumpulan hanya untuk sekedar ber-ritual. Wajah penuh amarah dan nelangsa akan mengantarkan ke ritual itu. Dan sebuah tangisan adalah pintu ke ruang ritual itu.
Aku selalu jadi pengikut setia dari ritual-ritual itu. Mengumpulkan keping demi keping receh dalam sebuah celengan bekas kotak es krim atau membeli satu plastik penuh teh kotak. Dan beberapa saat kemudian mereka akan berujar, ‘Aku mabuk es krim…. dan aku mabuk teh kotak….’
Mereka tak pernah merasa telah menyia-nyiakan waktu dan uang untuk sekedar bergerumul dengan dinginnya malam, hanya untuk melakukan ritual-ritual mereka. Bersembunyi di tengah malam hanya untuk bertemu teman penawar dari penyakit yang datang menggerogoti satu persatu kegembiraan mereka.
Aku pun sekarang terbiasa dengan ritual-ritual mereka. Dan kini, aku bisa menerka kapan mereka akan mulai ber-es krim dan ber-teh kotak. Mereka selalu nampak seperti menggambar sebuah es krim dan teh kotak di pipi mereka yang tak berniat sekalipun merajuk sang pencipta senyuman untuk berkembang sejenak.
Seperti sedang membayar hutang untuk mengundang penenun kebahagiaan. Counter es krim di sudut gelap dan dingin atau mini market dekat rumah akan selalu jadi the last destination untuk menemukan penawar. Penawar duka lebih tepatnya. Tak pernah ada orang yang bisa melarang atau sekedar menunda mereka melakukannya. Karena pada sebuah es krim, Vika bisa mengadu. Pada benda mati itu dia bisa dengan suka rela menyerahkan segala hawa buruk. Pada lumatan ek krim yang terakhir kesedihan akan membeku dan manis akan segera dirasa. Pada sebuah teh kotak, Melani dapat memenjarakan resah dan nelangsa yang ada. Pada sedotan terakhir dia tak mau menyisakan kesedihan yang ada. Ingin menyedotnya hingga habis tak bersisa. Yang ada hanya sebuah kotak yang membawa kepuasan dan kelegaan.
Es krim dan teh kotak yang jadi saksi bisu. Bukan benda mati yang tak berdaya. Mereka sekarang adalah benda mati yang berharga keberadaannya. Kebutuhan psikologis ditemui pada rasa kepuasaan ketika tiba pada saat terakhir melumat es krim dan menyedot teh kotak. Pada benda-benda mati itu kesedihan dan kebahagiaan dipertaruhkan.
No comments:
Post a Comment